Orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin, apakah benar?

Mengapa Ada Orang yang Mudah Kaya dan Ada yang Sulit?

Kemudahan atau kesulitan seseorang dalam memperoleh kekayaan dipengaruhi oleh berbagai faktor:

  1. Warisan dan Latar Belakang Keluarga
    Orang yang lahir dari keluarga kaya cenderung lebih mudah mendapatkan kekayaan karena mereka sudah memiliki modal awal, akses ke pendidikan berkualitas, serta jaringan sosial yang kuat. Pierre Bourdieu, seorang sosiolog, menyebut ini sebagai capital dalam berbagai bentuk: ekonomi (uang), sosial (jaringan), dan budaya (pendidikan dan pengetahuan).

  2. Akses terhadap Pendidikan dan Kesempatan
    Pendidikan yang baik membuka peluang pekerjaan yang lebih baik dan kemampuan untuk berwirausaha. Namun, banyak orang miskin yang tidak memiliki akses ke pendidikan berkualitas sehingga sulit meningkatkan taraf hidup mereka.

  3. Sistem Ekonomi dan Pasar
    Kapitalisme memberi peluang bagi individu yang memiliki ide dan keberanian mengambil risiko untuk menjadi kaya. Namun, sistem ini juga menciptakan ketimpangan karena modal lebih mudah berkembang jika sudah dimiliki sebelumnya. Thomas Piketty, seorang ekonom, menunjukkan bahwa dalam sistem kapitalis, keuntungan dari modal (return on capital) cenderung lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi, sehingga orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin sulit mengejar ketertinggalan.

  4. Keberuntungan dan Faktor Non-Ekonomi
    Kadang, keberuntungan berperan besar. Seseorang bisa menjadi kaya karena lahir di waktu dan tempat yang tepat atau karena mendapat kesempatan yang jarang terjadi.


Apakah Orang Kaya Harus Memanfaatkan Orang Miskin?

Tidak semua orang kaya secara langsung mengeksploitasi orang miskin, tetapi dalam sistem ekonomi kapitalis, ada kecenderungan bahwa kekayaan dihasilkan dengan cara memanfaatkan tenaga kerja dari kelompok ekonomi yang lebih rendah.

Karl Marx, dalam Das Kapital, menjelaskan bahwa kapitalisme bekerja dengan cara mengeksploitasi kelas pekerja. Ia menulis:

“The worker becomes all the poorer the more wealth he produces, the more his production increases in power and size.”
(Pekerja menjadi semakin miskin seiring dengan meningkatnya kekayaan yang ia hasilkan, semakin besar produksi yang ia lakukan.)

Marx berargumen bahwa dalam kapitalisme, kaum proletar menciptakan nilai lebih (surplus value), tetapi nilai ini tidak mereka nikmati, melainkan diambil oleh kaum borjuis (pemilik modal). Dengan kata lain, kapitalisme secara inheren menciptakan ketimpangan.

Namun, tidak semua orang kaya secara aktif menindas orang miskin. Beberapa justru menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pengusaha yang membayar pekerja dengan upah layak dan berkontribusi pada pembangunan sosial.


Bisakah Orang Kaya Tetap Kaya Tanpa Orang Miskin?

Dalam sistem ekonomi saat ini, sulit membayangkan orang kaya tanpa adanya kelas pekerja atau orang dengan tingkat ekonomi lebih rendah. Bahkan di masyarakat yang lebih maju, tetap ada pekerjaan dengan tingkat pendapatan berbeda.

Namun, beberapa filsuf dan ekonom berpikir bahwa kesenjangan bisa dikurangi:

  1. John Rawls berpendapat bahwa ketimpangan hanya bisa dibenarkan jika itu menguntungkan yang paling miskin. Artinya, jika orang kaya bisa tetap kaya tetapi tanpa mengeksploitasi, melainkan dengan menciptakan sistem yang lebih adil, maka kesenjangan tidak harus seburuk yang dikritik Marx.

  2. Amartya Sen dalam Development as Freedom berpendapat bahwa kesejahteraan manusia tidak hanya bergantung pada kekayaan, tetapi juga pada akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kebebasan ekonomi. Jika akses ini diperbaiki, maka ketimpangan yang ekstrem tidak akan diperlukan untuk menjaga kemakmuran ekonomi.

Kesimpulannya, meskipun dalam sistem ekonomi kapitalis saat ini orang kaya sering kali memanfaatkan orang miskin, ada cara untuk menciptakan kekayaan tanpa eksploitasi yang berlebihan. Model ekonomi yang lebih berkeadilan bisa mengurangi ketimpangan sambil tetap mempertahankan kemakmuran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Ways to Remember Japanese Word

Perkembangan Teknologi Mikrokontroler

Pendidikan